Senin, 14 Juni 2010

Silence of the Stone




Diam identik dengan kesendirian. Terdiam terlihat seperti cara yang baik untuk menutup-nutupi sesuatu. Sendirian akan menjaga kita dari hal-hal baru. Hal-hal baru yang ditakuti. Tetapi, terdiam dan sendirian seperti nasib yang sangat menyedihkan. Sikap dan kondisi yang menyakitkan. Berharap jauh dari masalah, tetapi yang ada adalah masalah yang lebih akut. Masalah yang tidak mudah untuk diselesaikan. Masalah yang akan mencederai diri sendiri. Banyak orang yang berdiam diri untuk menjauhkan dirinya dari masalah orang lain. Mereka merasa masalah mereka sendiri sudah terlalu banyak dan tidak menginginkan masalah baru yang menambah beban mereka. Mereka bersikap egois tanpa ada sedikitpun pikiran tentang orang lain. Ataukah mereka itu terlalu peduli terhadap orang lain karena tidak ingin masalahnya membebani orang lain.

Terdiam itu sangat menyakitkan. Sendirian sama saja mati suri. Mati sebagai manusia. Mati seperti batu keras yang tidak dapat bergerak. Rasanya sama saja seperti dilupakan oleh dunia. Tapi mungkin terdiam dan sendirian adalah yang terbaik. Disaat dunia yang kita tinggali telah berubah dari waktu-ke-waktu. Tidak ada lagi belas kasihan. Hanya ada pemenang dan yang terbanyak. Ribuan kata-kata akan tertutup oleh satu tindakan. Hanya menilai apa yang ada secara konkret. Hidup semakin lama semakin tidak berarti. Pencarian sepertinya akan menjadi hal yang sia-sia. Maka, terdiam dan sendirian mungkin jadi hal yang terbaik.

Tidak ada komentar: