Kamis, 20 Januari 2011

Wrong!



Sebuah pena menggoreskan suku persuku kata dan terciptalah kalimat indah. Mengukir sejarah dan mengungkapkan perasaan. Dari lubuk hati tidak luput juga emosi. Suatu kenikmatan yang tiada tara disetiap goresannya. Tanpa makna atau penuh makna tak jadi soal. Paragraf penuh dan gendut yang bisa dibaca tanpa arti. Biarpun tak jelas, biarpun tak dimengerti, tetaplah menjadi sebuah tulisan. Coretan pikiran dan buah karya spontanitas.

Sungguh benar adanya bila tulisan ini tidak berarti. Dan tak dipungkiri ambiguitasnya. Arahnyapun tak jelas begitu juga dengan maksudnya. Satu hal yang bisa dipahami hanyalah sebuah kalimat demi kalimat yang bersatu tanpa padu dan menjadi sebuah paragraf. Meski tak berisi tetap terlihat seperti sebuah tulisan. Dan jangan sungkan untuk menghinanya, karena memang banyak kesalahan didalamnya. Kesalahan yang sudah jelas ada dan tetap ada. Kesalahan yang tak terelakan dan tidak dihindari. Walau salah tak juga malu untuk tetap mencoba. Dan jika salah itu datang dan bertanya siapakah dirinya, maka jawabannya hanya ada jika membacanya. Walaupun salah terus bertanya, tetapi jawabannya akan tetap sama.

Memang benar tulisan ini sungguh tidak bermakna. Hanya saja tangan ini tidak berhenti untuk menekan setiap tombolnya. Tidak sungkan untuk menuliskan rangkaian kata yang salah dan tidak ada maknanya. Jika kesalahan itu tidak dapat menghentikannya. Maka kesalahan itupun tidak bermakna. Dan jari inipun tidak takut untuk menjadi bersalah.

Jumat, 07 Januari 2011

Dan Terucaplah


CINTA


Cinta, sebuah kata yang tidak pernah bermakna. Makna yang ada adalah cinta merupakan sebuah rekayasa pikiran manusia tentang hubungan dirinya dengan orang lain. Setiap makna yang mereka buat hanyalah berasal dari khayalan sadar yang direkayasa sesuai kehendaknya masing-masing. Setiap cinta yang dimiliki manusia tak memiliki awal dan akhirnyapun selalu mengada-ada.

Cinta merupakan kata irasional dari pemikiran prasejarah yang tetap kekal hingga masa digital ini. Cinta mungkin dekat dengan kedamain dan kebahagian, tetapi cinta juga sangat egois hingga orang-orang rela saling berkorban hanya demi cinta.

Cinta terkadang sangat konyol tanpa disadari maupun disadari. Bagaimana cinta selalu berhasil membuat tuannya malu ataupun membuang harga dirinya. Atau disaat cinta menggiring sang kasmaran ke lembah yang memilukan disaat ditinggalkan cintanya.

Cinta, hampir sama dengan pisau belati dengan ujung yang runcing dan siap mengoyak hati dan pikiran. Menguras habis air mata, menyusutkan masa depan dan menjauhkan peradaban. Dari sedikit kebaikan cinta, terdapat begitu banyak pemujanya.

Satu hal yang membuatku merasa malu. Disaat kuharus mengatakannya. Disaat harus kuakui bahwa cinta itu sedang kurasa. Disaat cinta itu tidak pada tempatnya dan jauh dimata. Tetapi hatiku berkata lain. Ia tetap mengucapkannya berkali-kali. Tanpa henti dan tanpa rasa ragu. Hatiku begitu bangga akan cintanya yang seolah-olah menjadikan cinta sebagai surga. Radangnya pikiranku tak dapat menghentikan aksi sang cinta untuk menakhlukan hatiku.

Sampai disaat cinta itu berhasil menakhlukan diriku. Sampai disaat cinta yang dimaksud semakin jauh dariku. Sampai disaat aku menertawakan hatiku yang tak pernah menyerah.

Waktu tak cukup membunuh cinta. Bahkan waktu yang dilewati menjadi energi baru bagi sang cinta untuk bermain-main dengan kehidupanku. Setiap detik yang ada hanya ada cinta kepadanya. Setiap bumi ini berputar, hanya cinta itu yang menjadi porosnya. Setiap hatiku mulai merasa lelah, hanya cinta itu yang sanggup membangunkannya.

Semakin kusadari akan artinya, semakin kutahu akan dampaknya, semakin aku mengerti akan jarak antara cintanya. Maka, akan semakin dalam cinta iu jatuh kepelukanku. Semakin erat dan tak akan pernah kulepas tanpa rasa ragu.

Cinta sebagai sang guru dan pembimbing hatiku.

Rabu, 05 Januari 2011

Waktu Yang Tertinggal

Hidup kadang memang menjadi sangat membosankan. Ditambah lagi dengan segala aktivitas yang sama setiap harinya. Berulang dan tidak ada yang menarik. Ini seperti pengalaman yang sama diulang berkali-kali hingga ubun-ubun ini terasa gatal dan ingin memuntahkan makian. Seandainya kata-kata kotor itu boleh terucap mungkin akan sedikit berbeda. Sedikitpun perubahan yang terjadi mungkin akan terasa sangat bermakna. Keluar dari hiruk pikuk kejenuhan ini dan pergi berlayar hingga tiang jauh dunia.

Dan aneh rasanya setiap masalah yang ada bisa menguap begitu saja. Terabaikan? atau terlupakan? semua orang yang meengalaminya berhak menjawab dengan kata-katanya sendiri. Satu kesalahan yang terasa benar atau satu tindakan yang terlihat munafik menjadi batasannya. Dari rasa bersalah dan teraniaya munculah kebosanan-kebosanan baru. Hantu yang paling mengerikan inipun berkuasa. Dengan banyaknya produk-produk iblis yang beredar bisa jadi acuan bahwa kebosanan mungkin mulai disukai. Mungkin kebosanan ini bisa jadi sebuah potensi besar dimasa depan dan menyelamatkan kita dari kesibukan. Tapi ini hanya mungkin, dan belum tentu terjadi.

Sampai saat itu terjadi biarlah kebosanan ini sedikit berkuasa. Waktu yang terbuang biarlah melayang. Dijauhkan dari segala aktivitas padat dan mengalir ke tempat yang lebih nyaman. Biarkan angin berhembus keujung imajinasi hingga tak tercapai oleh suku-suku penolakan. Biarkanlah dulu semua berlalu.

Senin, 03 Januari 2011

Bergeraklah

Awalnya hanya melihatnya, lalu meliriknya beberapa kali. Lirikan-lirikan kecil yang didahului oleh rasa sedikit penasaran dan terbawa sejak bangun di pagi hari. Memulai langkah dengan membawa sedikit rasa ini membuat kedua kaki berjalan begitu ringannya. Dari tiap hembusan angin yang terasa seperti mengingatkan untuk berjalan lebih cepat. Dari Angin yang berhembus berpindah ke sebuah tatapan kaku kepada satu sosok. Dari kejauhanpun terlihat bagaimana dia tersenyum dan mencoba memalingkan wajahnnya. Berusaha sejauh mungkin mencari posisi yang tak terlihat hanya sekedar menjaga rahasia. Setiap hari ditutup oleh rasa bersalah. Momen itu terasa hilang setiap saatnya. Detik-detik berlalu tanpa meninggalkan sedikitpun pertanda. Lalu, meyakinkan diri sendiri bahwa esok masih ada. Dan seperti biasa malam demi malam dilewati dengan memikirkan kesehariannya. Hanya menaruhnya dalam ilusi dan memujinya didalam mimpi. Sebaiknya berpindahlah dan berhadapan dengannya, tanpa ragu cobalah untuk mengatakannya. Tanpa rasa bersalah dan rasa takut kehilangan. Cobalah....